Saya Masih Beruntung . . .
Karya : JANTRI MUKTI
SIMALANGO
Ku melanjutkan
kehidupanku bersama ayah tiriku,ibu dan adik tiriku yang umurnya tak jauh beda
dengan umurku,hanya selisih 4 tahun. Aku sebelumnya tidak mengetahui bahwa dia
adalah adik tiriku,ku baru tahu ketika melihat akte lahirnya, diriku merasa
sedikit kecewa,tapi apalah artinya itu semua toh kami sudah menjadi keluarga.
Sudah lama aku tak mendengar kabar ayah kandungku sendiri, terakhir kali
kudengar kalau dia sudah menikah dan mempunyai anak ,aku sangat bahagia
mendengarnya, ku hanya bisa komunikasi lewat telepon saja, soalnya ayah sibuk
dan tidak tentu keberadaanya,kadang di luar negeri membuat ku semakin sulit
menghubunginya.
Malapetaka serasa
muncul dalam hidupku, ayah tiriku dan ibu bertengkar, tetapi aku lah tempat
kekesalan mereka, aku selalu kena marah, apa yang kuperbuat selalu salah di
mata mereka. Aku tetap tidak mengerti, mereka sepertinya memperlakukan aku
kurang adil,tak seperti adik tiriku, semua terpenuhi.
Aku merasakan ada
yang lain, ayahku semakin kasar terhadapku, intonasi bicara serta nada yang
kurang mengenakan selalu keluar dari mulutnya dan terhantur bagiku,tak seperti
bicara pada adikku, aku sungguh bingung,apa karena aku anak tirinya?tapi aku
tetap berpikir positif bahwa dia adalah ayah ku. Selang beberapa waktu, mereka
bertengkar lagi entah apa sebabnya aku pun tidak tahu, sehingga aku keluar
rumah sementara untuk mencari ketenangan,tapi itu bukan merupakan pilihan yang
baik,ketenangan ku temukan bersama teman-temanku, yang pergi kemana-mana
asalkan senang bersama. Sepulang itu, aku di tunggu di depan pintu oleh ibuku,
aku di tampar oleh ibuku sendiri, siapa yang tidak menangis bila di tampar oleh
orang yang satu-satunya kita sayangi,bahkan ibu kita sendiri? Aku menangis ,
membuat rumah semakin penuh keributan, pertengkaran dan amarah serta rasa sakit
dan tangisan, rumah seakan berbunyi bom meledak,penuh kebisingan.
Aku pun pergi dan
tinggal di rumah bibi ku, ibuku semakin marah dan akhirnya mengusirku, ayahku
pun mengusirku begitu juga dengan adik tiriku, mereka seakan akur kembali dan
serentak serta sepakat mengusirku. Dengan alasan aku adalah anak perempuan yang
suka keluyuran. Sakit sekali kurasakan, tatkala itu aku masih duduk di kelas 3 SMA,
ku menutupi apa yang terjadi, sebab hidupku akan terus berlanjut dan tak perlu banyak
orang yang tahu. Tapi itu semua memberi efek atas hidupku. Aku terkadang sedih
sendiri dan merenung dan terkadang menangis sendiri.
Selama aku tinggal
bersama bibi,nenek ku sesekali mengunjungiku serta abang sepupuku,sekedar
menanyakan kedaan ku dan kebutuhan sekolahku. Nenek sangat marah atas peristiwa
itu, terkadang ibu juga terdiam ketika di marahi oleh nenek, tapi apalah upaya
ku, aku yang tak diterima lagi oleh mereka,tak mungkin menuntut untuk diasuh,tapi syukurlah, nenek ku
merasakan apa yang kurasakan sampai
sekarang. Saat kesedihan ku mulai memuncak, ku merindukan ayah kandungku, “apa
kabar mu ayah?ayah capek ya dsana?gmana pekerjaan ayah?” ingin rasanya aku
menanyakan nya seperti itu serta mengadukan semua perlakuan ibu,ayah tiri dan
adik tiriku, tapi aku takut, aku tak mau membuat ini semua menjadi beban
untuknya sehingga membuat dia tidak fokus pada pekerjaan nya. Suatu hari, ibu
serta ayah tiri dan adik tiriku datang mengunjungiku, sedikit senang dalam
hatiku ternyata mereka sudah baikan dan masih mengingat ku, tapi tak kusangka,
kedatangan mereka hanya untuk menyita barang-barang yang ku bawa, motor dan
laptop pembelian ibuku pun di bawa mereka, aku semakin menangis dikala itu,
akhirnya aku menelepon ayahku yang tak tahu dmana keadaanya, kuadukan semua
yang terjadi, sambil menangis ku ceritakan kesakitanku, ayah semakin menangis
tat kala ku katakan“ kenapa kalian telantarin aku yah, seakan aku ini bukan
anak siapa-siapa”, ku mendengar desak tangis ayah disana, dia meminta maaf atas
apa yang terjadi, ayah meminta maaf karena membiarkanku menderita seperti
ini,kami menangis berdua lewat telepon,ayah berjanji akan segera mengunjungiku,
bahkan sebelum kelulusanku.
Ada semangat baru
kurasakan semenjak malam itu. Entah karena alasan apa, abang sepupuku membawaku
ke jalan X untuk sekedar makan gorengan dikala itu, “lihat itu itu, disana, di
tumpukan sampah sebelah sana, lihat lah anak perempuan itu, apakah kamu pernah
seperti itu?mengais sampah dan berharap ada rejeki di tumpukan itu,syukur ada
rejeki,kalau tidak ada,ya kais lah terus” kata abangku sambil mengarahkan
mukaku ke tempat anak itu. Aku menutup mulutku,bagaimana rasanya bila anak
sekecil itu mengais sampah di tengah kerumunan orang ramai, seumur hidup aku
belum pernah seperti itu, betapa lebih menyedihkan bila dibandingkan dengan
hidupku, hidupku yang menderita tetapi lebih menderita lagi anak itu, dengan
raut muka yang lelah, mencari-cari benda di bawah terik panas, ku semakin
menyadari, betapa sakitnya hidup ini, tapi dalam penderitaan, ada hal yang
patut ku syukuri, masih ada orang yang menyayangiku,memperhatikan ku dan tetap
menolongku, nasibku lebih beruntung.
Bagikan
Saya Masih Beruntung . . .
4/
5
Oleh
Unknown
1 comments:
Tulis commentsWhere can i get hindu religious Joomla templates for hindu temples ?
Reply