Sunday, December 9, 2012

sinopsis dari hari ke hari

  



“DARI HARI KE HARI”


Di mata seorang bocah belasan
tahun, makna revolusi mungkin belum
dapat di pahami sepenuhnya. Ia juga belum
tentu mengerti benar, mengapa negerinya
selalu di landa peperangan; entah perang
melawan orang asing, entah perang
melawan bangsa sendiri. Namun,yang jelas,
ia tak mampu berbuat apa-apa dan hanya
menurut, ketika ayahnya,Pak Djunaidi,
harus hijrah keluar Jakarta. “Revolusi sudah
pecah, ibu kota pindah ke Yogya. Mengenai
makna revolusi, karena ini batang baru,
kalian nanti akan paham belakangan.
Jawatanku sendiri pindah ke Solo, kenapa
begini, sudah bukan urusan kita”. Begitulah
pak Djunaidi berpesan kepada seluru
anggota keluarganya. Kemudian esoknya
mereka pindah; meninggalkan Jakarta
denagn kereta api yang membawa ke Solo.
Dalam perjalanan,hiruk-pikuk para penumpang,mereka  sempat berkenalan sengan seorang
lelaki gemuk yang pekerjaanya menjual ban mobil pada pemerintah republic yang baru berusia
setahun itu. Ternyata, kemudian diketahui bahwa lelaki gemuk itu adalah seorang raden mas.
“Siapa nama mahluk ini? Kubaca: Raden Mas X. Astaga, betapa revolusi sudah mengubah status
orang bangsawan menjadi pedagang ban mobil, berdesakan diatas kereta api, tersuruk-suruk ke
kolong kursi, tertawa begitu kerasnya, beramah-tamah dengan hamper setiap orang.” (Halm. 18)
Di Solo, keluarga Muhammad Djunaidi tinggal di daerah Kauman, walaupun tempat
kerjanya di Mahkamah Islam Tinggi, kantor induknya  berada di Yogyakarta, ibukota Republik
Indonesia waktu itu. Anaknya yang berumur 13-an tahun itu mulai masuk sekolah kembali.
Mula-mula masuk sekolah partikelir “Muhammadiyah”.  Belum sebulan, ia pindah lagi ke
sekolah negeri yang gedungnya sendiri tidak lebih bagus dari rumah penduduk. “Aku pindah ke
Sekolah Dasar Negeri No.27, letaknya di wilayah kampungku juga . ino baru namanya sekolah ,
karena menyenangkan . memang sukar membedakannya dengan rumah=rumah penduduk di
sebelahnya, kalau tidak membaca papan namanya, lagipula di gang sempit,dan halamannya pun
sempit, tak bias menampung dua puluh liam anak berimpit-impitan diatasnya.” (Halm. 31)
Selain bersekolah disana, ia juga sekolah agama,disamping harus menjalankan kewajiban-kewajiban agama, sebagaimana yang dianjurkan ayahnya. Tentu saja, kegiatan bermainya tak
ketinggalan, seperti umumnya anak-anak seusianya.
Pecahnya Agresi Belanda yang disusul denagn di sepakatinya Perjanjian Renvile. Ternyata
sama sekali tidak membawa perbaikan pada nasib rakyat. Kekacauan dan terjadinya peperangan
akibat pelanggaran genjatan senjata, masih kerap membuat keadaan makin tidak menentu. Maka
, hilir-mudiknya tentara yang memanggul senjata,tentara yang hijrah,penduduk yang mengungsi
atau balik dari pengungsian, ibarat sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Begitu pula ketika
tentara Devisi Siliwangi meninggalkan Jawa Barat dan dating ke daerah sekitar Yogyakarta,
rakyat hanya menyambutnya dengan sorak-sorai dan lambaian tangan.
Pada saat demikian itulah, keluarga Muhammad Djunaidi kedatangan sersan Husni, tentara
dari Divisi Siliwangi, yang terpaksa ikut pasukanyameninggalkan Bandung. Sersan Husni pula
yang merawat kakek si bocah didalam pengungsian. Dari sersan itu pula diketahui keganasan
Westerling serta tentara indo-belanda-turki yang kejam dan tak mengenal belas kasihan. Mereka
melakukan pembunuhan missal di Sulawesi dan Jawa Barat.
Bagi si bocah kecil itu, peristiwa itu di dengarnyasama sekali tidak mengurangi kegiatan
sekolahnya, mengaji atau bermain-main dengan teman  sebayanya. Sampai Agustus 1948, untuk
peretama kalinya diselenggarakan Pekan Olah Raga Nasional dengan pusat kegiatan di Stadion.
Namun, pada berikutnya , di Madiun terjadi pemberontakan PKI muso . Front Demokrasi
Rakyat melakukan penindasan,intimidasi,ancaman. “hanya ada dua pilihan, ikut Muso denagn
PKI-nya yang akan membawa bangkrut cita-cita Indonesia merdeka, atau ikut Sukarno-Hatta
dengan bantuan Tuhan akan membawa Negara Republik Indonesia Merdeka tidak di jajah oleh
Negara manapun.” (Halm 84).
Begitulah, dalam kebingungan, rakyat dibuat cemas dan takut karena PKI tidak hanya
melakukan ancaman dan teror, tetapi juga penculikandan pembunuhan.
“Ponorogo diserbu batalion Sobirin Mochtar, Sabarudin menuju Dungus kea rah Madiun,
Gubenur Militer, Kolonnel Gatot Subroto, memerintahkan pasukan Siliwangi menghantam dari
arah Barat,battalion Koshasi menuju pati, battalionDaeng bergerak ke Cepu dan Blora, batalion
Nasuhi dan ahmad Wiranatakusuma mendekati Ponorogo  dari Selatan, battalion Darsono dan
Lucas langsung bergerak menuju jantungnya , Madiun”(Halm 85)
Pemberontakan PKI akhirnya berhasil di tumpas. Amirsyariffudin tertangkap di pati,
kemudian dibawa ke Yogyakarta untuk diadili. pemberontakan itu akhirnya membuat rakyat
sengsara.
Tiga tahun lamanya keluarga Djunaidi ikut menjadi saksi sejarah, betapa masa awal
kemerdekaan negeri ini dilanda berbagai tantangan dan cobaan berat. “Saya lihat sendiri
pembunuhan dimana-mana…..” (Halm 99). Demikian keterangan sersan Husni yang ikut
menumpas kekejaman para pemberontak PKI.
Desember 1948, Belanda menjarah Yogyakarta. Bung Hatta dan Bung Karno tertangkap.
Semua sekolah tutup “sekolahku sendiri bukan sekedar tutup,melainkan runtuh berkeping-keping
akibat bumi hangus.” (halm 111). Demikian pengakuananak pak DJunaidi yang tak tahu,
akankah dia bias masuk sekolah kembali. Pak Djunaidi juga tak tahu harus berbuat apa karena
kantor induknya di Yogyakarta sekarang sudah di kuasai Belanda .
Pada saat seperti itu, tiba-tiba dating surat dari  paman pak Djunaidi,asisten Wedana, yang
tinggal di Jakarta . asisten Wedana yang pro Belanda itu menyuruh pak Djunaidi ke Jakarta
karena jawata sosial akan mengurus segala sesuatunya.
Sementar itu, di forum Internasional, penangkapan Sukarno-Hatta telah mendatangkan
reaksi hebat di berbagai Negara. Belanda dikecam habis-habisan. Hampir semua Negara
mendesak agar kedaulatan Republik Indonesia di pulihkan.
Keluarga pak Djunaidi yang mendengar perkembangan terakhir mengenai keadaan
negerinya,merasa sangat gembira, terlebih lagi dia sudah merencanakan untuk pulang kembali ke
Jakarta. 

Bagikan

Jangan lewatkan

sinopsis dari hari ke hari
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.